Senin, 14 Mei 2012

keysia part 2


Beberapa minggu setelah dia menghilang pada malam itu, dia pulang tapi aku tidak senang sama sekali karena aku tahu keadaan kita belum membaik, masing-masing dari kita sepertinya saling melukai, aku benar-benar takut bila Mamah dan Papa harus berpisah, aku sungguh tidak ingin itu terjadi. Mamah merasa benar-benar tertekan lalu dia memutuskan untuk pulang ke rumah nenekku di bandung selama satu minggu, ia pergi bersama Joe, sebenarnya aku ingin ikut tapi tidak bisa karena aku harus sekolah. Akhirnya Mamah pergi bersama Joe dan aku di tinggalkan bersama Papa.

“Key, jaga diri baik-baik ya, Mamah Cuma pergi satu minggu ko, Key ga usah khawatir Mamah pasti pulang, Mamah ga akan tinggalin Key, Key di sini harus jagain Papa ya, jangan biarin wanita itu ngambil Papa dari Key, Key ga boleh nangis, Key kan udah punya adik itu tandanya key udah gede, Key kan kakanya Joe jadi Key harus kuat, demi Mamah sama Joe, ya sayang”, Mamah mengelus kepalaku dengan mata yang berkaca-kaca.

Aku tidak bisa berkata-kata dadaku sesak sekali, membayangkan diriku harus ditinggalkan Mamah sendirian, air mataku berhamburan tidak dapat di tahan seolah aku tidak rela Mamah pergi, tapi aku harus kuat demi Mamah dan Joe. Akhirnya Mamah pergi, kesepian yang sebenarnya menghampiri diriku, lebih menyedihkan dibandingkan sebelumnya, Papa sudah tidak seperti dulu, aku merasa hidup sebatang kara, belum lagi aku harus tetap pergi ke sekolah.

Hari itu panas sekali benar-benar berbeda dengan hatiku yang terasa dingin sekali. Aku benar-benar ingin berbaring di kamarku hari itu, aku baru saja pulang sekolah, langkah kakiku gontai sekali, benar-benar tidak bersemangat apalagi mengingat bila aku pulang nanti tidak ada Mamah yang akan menyambutku dengan masakannya yang enak, yang ada hanya Papaku yang asing dan seperti tidak ku kenal. Aku pulang kerumah, aku mencium harumnya makanan, aku harap itu Mamah tapi tidak mungkin karena baru semalam ia berangkat, mana mungkin ia pulang secepat itu. Aku masuk kedalam, ternyata bukan Mamah tapi dia tidak asing, dia… dia Mba Bela, astaga aku sungguh tidak mengerti apa yang di pikirkan Papa, mengapa saat Mamah pergi ia membawa wanita itu kedalam rumah ini, aku sungguh membecinya, rasa ibaku sudah hilang, aku rasa aku benar-benar membencinya.

“wa’alaikum salam, eh Key sudah pulang”, dia menayapaku sambil tersenyum. senyum yang sama seperti pada saat aku pertama kali bertemu dengannya, tersenyum bagai manusia tanpa dosa. Oia walaikum salam ? aku tidak mengucapkan assalamualaikum, mengapa dia bersikap sok baik seperti itu sih kepadaku, aku sungguh merasa jijik kepadanya, dia bena-benar seperti penjilat.

“eh Key, makan dulu sana, Mba Bela sudah masak tuh buat kamu”, papa menegur ku.

“eh, ia pa, Key ganti baju dulu”, jawabku penuh Tanya.

Aku masuk ke dalam kamarku, memikirkan apa sebenarnya yang telah terjadi, aku tidak mau makan masakannya, aku benci kepadanya.

“mamaaaaaah, Key benci sama dia, Key harus gimana mah?”, aku sungguh berharap Mamah ada di sini dan mengusir wanita itu.

            “Key, ayo Key makan dulu”, Papa mulai mengetuk pintu kamarku.

            “ia pa, nanti dulu”, aaaaaahhh aku benar-benar tidak ingin keluar dari kamarku. Apa yang harus aku lakukan ? tapi sepertinya aku harus keluar sekarang sebelum Papa mendobrak pintu kamarku. Selesai makan makanan yang membuatku mual itu, aku pergi ke rumah tanteku yang letaknya ada di sebelah rumahku, aku bermain di sana hingga larut malam, bahkan aku tidak ingin pulang, aku benci pada wanita itu, aku tidak ingin melihatnya, aku ingin tinggal di rumah tante selama wanita itu masih tinggal di rumahku. Malam itu aku tidur di rumah tanteku, saat aku sedang terlelap tidur, Papa mengetuk-ngetuk pintu rumah tante, Papa menyuruhku tidur di rumah. Mengapa  ia tega membiarkanku satu rumah dengan wanita itu, padahal ia tahu bahwa aku begitu membencinya. Aku pindah untuk tidur di rumah, aku mencoba untuk terlelap tidur tapi tidak bisa, aku tidak merasa nyaman padahal ini rumahku, ini kamarku tapi aku merasa berada di tempat yang asing dan tidak bisa di huni oleh manusia sehingga aku merasa tidak nyaman. Sudah lewat tengah malam mataku tidak juga terpejam, aku tidak ingin tidur, aku ingin lari dari rumah ini. Ditengah kesunyian malam, aku mendengar suara berisik, ternyata Papa dan wanita itu sedang bertengkar, aku ingin melihatnya tapi aku terlalu takut untuk keluar kamar, sepertinya Papa memukulnya, aku takut sekali, aku takut Papa juga memukulku bila aku belum terlelap tidur tapi mana mungkin aku bisa tidur bila mendengar suara tangisan dan teriakan seperti itu di tengah malam seperti ini, aku sungguh gelisah dan berharap Mamah ada di sini dan menemaniku.

            “Key, kamu sudah tidur belum Key ?”, tante memanggilku, sambil mengetuk pintu rumahku. itu suara tante, terdengar jelas sampai ke kamarku. Aku ingin lari dan menghampiri tante tapi Papa bagaikan tembok cina yang memisahkan aku dan tante, aku takut pada Papa, malam itu dia menjadi seorang Papa yang tidak ku kenal.

            “udah Nes, si Key udah tidur, lagian ngapain si kamu malem-malem ngurusin si Key, kan ada aku, aku juga bisa ngurusin Key”, jawab Papa ketus.

            “ngga, aku takut Key ngga bisa tidur, denger kamu ribut-ribut dari tadi”

            “si Key sudah tidur dari tadi ko”

            “oh, yasudah”, tante pergi. Aku menangis semalaman mendengar pertengkaran Papa dan wanita itu. Akhirnya aku terlelap tidur setelah lelah menangis.

            Satu minggu setelah kepergian Mamah, Mamah tak kunjung pulang aku hampir putus asa, aku tidak mau bila harus di tinggalkan Mamah dan tinggal bersama Papa dan wanita itu di rumah ini, lebih baik aku tinggal dengan tante dan menganggap diriku ini sebatang kara dari pada harus hidup dengan wanita penjilat itu selamanya. Aku hampir putus asa menunggu Mamah pulang, karena tanpa Mamahku dan dengan wanita itu dalam hidupku, satu hari dalam hidupku seperti satu tahun, lamanya waktu berjalan terus manambah penderitaanku. Aku sungguh ingin berlari dengan cepat sehingga tak ada seorangpun yang dapat menjebakku dalam penderitaan seperti ini.

            Dua minggu berlalu, di tengah kehampaan hidupku Mamahku menepati janjijnya, ia pulang, ia benar-benar pulang, ia tidak berbohong, aku sungguh senang, hatiku seperti mandapatkan cahaya di tengah kegelapan malam yang ingin menelan diriku, Mamahku datang dengan senyumnya, aku sangat merindukannya, aku tidak bisa memeluknya karena dia bohong akan satu hal kepadaku, di bilang ia akan pergi selama satu minggu tapi ternyata tidak, ia meninggalkan ku selama dua minggu lebih dan apakah dia tahu bahwa dua minggu itu seperti dua tahun bagiku. Sepertinya aku sedikit marah padanya tapi aku lebih marah dan benci pada wanita itu.

            Mamah bertanya kepadaku apa saja yang terjadi selama ia tidak ada di rumah dan ia juga minta maaf kepadaku karena dia tidak sepenuhnya menepati janji.

            “maafin Mamah ya Key, Mamah butuh banyak waktu untuk bisa berpikir dengan baik, oia kamu baik-baik aja kan disini ?”, Tanya Mamah dengan senyum.

            Aku ingin bercerita semuanya kepada Mamah tapi sepertinya diriku tak kuat lagi menahan air mata, semakin aku ingin bercerita dan mengeluarkan semua isi hatiku semakin dadaku terasa sesak, air mataku mendobrak kelopak mataku yang rapuh, air mataku bercucuran tak tertahankan, saat itu aku hanya bisa menangis dan menatap Mamahku berharap dia mengerti semuanya, mengerti apa yang sedang kurasakan dan apa sebenarnya yang ingn ku ucapkan walaupun tak keluar sepatah katapun dari mulutku, yang keluar hanya butiran-butiran air mata yang membasahi pipiku.

            “yaudah, Key ga usah nangis, nanti Mamah Tanya sama tante Nesta aja ya”, Mamah memelukku, rasanya hangat, hatiku hangat, aku seperti mendapatkan kembali tempatku bergantung, aku akhirnya mempunyai orang yang bisa menjadi alasan bagiku untuk tidak lari dan tetap bertahan, aku merasa di kuatkan walapun hanya dengan sebuah pelukan, pelukan yang membuat hatiku yang dingin ini menjadi hangat dan dapat merasakan kembali semuanya. Mamah pergi kerumah tante Nesta, aku tidak tahu apa saja yang di ceritakan tante Nesta kepada Mamah tapi aku tahu tante Nesta orang yang cukup bijak dan bisa andalkan. Semenjak kepulangan Mamah dari Bandung, aku merasa Mamahku menjadi lebih sabar dan menjadi lebih baik, ia jarang marah-marah dan tidak mudah stress, ia membiarkan semua berjalan apa adanya, ketegangan di dalam rumahku mulai menurun, Papa juga sepertinya mulai merasa kasihan kepada Mamah karena setelah semua yang terjadi Mamah masih bersikap baik kepada Papa, seolah tidak pernah terjadi apapun di rumah ini. Aku ingin tahu apa sebenarnya yang sedang di pikirkan Mamah, aku benar-benar kagum kepadanya. Beberapa hari berlalu, Mamah mengatakan sesuatu kepadaku.

            “Mamah mulai semuanya baik-baik Key tapi bila semuanya harus berakhir Mamah juga mau semuanya berakhir baik-baik, Mamah di sini untuk kamu dan Joe, Mamah bertahan demi kalian, sebenarnya Mamah ingin lari tapi Mamah selalu memikirkan masa depan kamu dan joe, Mamah ga mau terjadi sesuatu sama kalian, Mamah kuat karena kamu Key”, kata-kata itu keluar begitu saja, mungkin itu sebenarnya isi hati Mamah yang paling dalam. Aku benar-benar bangga kepada Mamah, karena ia merupakan orang tua yang penuh tanggung jawab dan tidak egois, sejak saat itu aku memutuskan untuk menjadikan Mamah sebagai tokoh idolaku. Aku benar-benar kagum kepadanya.

            Keluargaku sedang dalam masa pemulihan menuju kebahagiaan tapi kenapa wanita penjilat itu selalu datang dan mengganggu hidupku. Kali ini ia datang kerumahku dengan keadaan yang sedikit berbeda, perutnya buncit dan besar, apa dia busung lapar ? kurasa tidak, ini Jakarta bukan Etophia mana mungkin ia busung lapar, kali ini ia datang dengan berterik-teriak, mungkin karena Papa sudah lama tidak mengunjunginya dan sudah tidak memperdulikannya, ia bilang ia hamil dan katanya itu anak Papaku, Mamahku keluar tapi kali ini ia diam saja dan memperhatikan wanita itu dengan heran, seolah Mamahku tidak mengenalnya dan tidak memperdulikannya, bahkan Mamah menatap wanita itu dengan tatapan seolah wanita itu bukan saingan Mamahku maka Mamahku tidak mau mengeluarkan sepatah katapun dan membuang-buang energi untuk bertengkar dengannya, memang wanita itu terlihat begitu menyedihkan. Papa keluar dan mengajaknya pergi, kali ini Mamahku terlihat keren, aku senang sekali, itu yang aku harapkan dari Mamahku, lebih baik tidak usah memperdulikan wanita itu dan jangan memarahi Papa dan membuat Papa tidak betah di rumah, bila ingin marah sebaiknya pada wanita itu saja tapi kurasa sebelum Mamahku yang memarahinya, dunia ini juga sudah marah padanya karena hidupnya sangat menyedihkan. Kenapa Mamah bisa bersikap sekeren tadi ya, ternyata Mamah bersikap sekeren tadi karena sekarang Mamah sudah tahu mengenai identitas asli wanita itu, ternyata dia adalah PSK yang bekerja di pasar, Papa juga mengenal dia karena toko Papa terletak di pasar. Papaku yang baik dan ku pikir sedikit bodoh itu masuk ke dalam permainan PSK itu. Kasihan Papa tapi aku tidak tahu harus bagaimana untuk membuat Papa terlepas dari wanita itu, sangat rumit dan sulit.

            Wanita itu meminta pertanggungjawaban Papa untuk menikahinya, tapi kurasa Mamah tidak akan mau berbagi dengan wanita seperi itu, akhirnya Mamah menawarkan sesuatu kepada Papa, Mamah bilang Mamah tidak mau berbagi dan lebih baik Papa biayai saja saat dia melahirkan dan setelah lahir beri dia uang agar bisa hidup sementara, akhirnya Papa membiayai semua biaya persalinannya, memberikannya uang untuk mengontrak rumah selama satu bulan, dan memberi bekal hidupnya untuk sementara, karena Papa dan Mamahku berharap dia bisa berubah dan mencari pekerjaan lain yang lebih halal.

            Satu bulan berlalu, Papa mendengar kabar bahwa wanita itu masih bekerja sebagai PSK, ia bekerja pada malam hari, ia juga membawa anaknya saat bekerja, ia meletakan anaknya di sebuah gerbong kereta api saat ia bekerja, aku tidak mengerti apa yang ia pikirkan, anaknya baru berusia satu bulan dan ia meninggalkannya di dalam gerbong kereta api pada malam hari, banyak nyamuk, dingin, kasian sekali anak itu. Kurasa Papa juga memiliki pikiran yang sama denganku. Aku mendengar pembicaraan Papa dan Mamah mengenai wanita itu, Papa tidak tega melihat anaknya di terlantarkan begitu saja, Papaku mearsa berdosa karena bagaimanapun Papa adalah ayah dari anak itu. Papa meminta Mamah untuk mengerti dan Papa tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, ia ingin sekali mengambil anak itu tapi Papa juga tidak mau manyakiti hati Mamah lagi, saat itu Papa mengalami dilema yang begitu berat. Aku mungkin benci pada ibunya tapi apakah aku harus benci juga kepada anaknya, bila dia anak Papaku berarti dia adik tiriku tapi aku sama sekali tidak bisa membayangkan bila harus bersaudara dengannya.

            akhirnya Mamah memutuskan sesuatu, aku benar-benar kaget saat Mamah mengatakannya.

            “yaudah pa, dari pada Papa merasa berdosa seumur hidup karena tidak bertanggung jawab kepada anak Papa, bagaimana bila kita ambil saja anaknya, bila wanita itu tidak mau maka, kita bujuk dia dengan tambahan uang”

“lalu nanti siapa yang akan merawatnya, mah ?”

“ya Mamah dan Papa”

“Mamah benar-benar ikhlas? Mamah tidak benci kepada anak itu?”

“Mamah benci pada ibunya, mungkin Mamah juga akan benci pada anaknya bila mengingat ibunya tapi bila Mamah mengingat bahwa dia itu anak Papa, Mamah akan mencoba menganggap bahwa dia juga anak Mamah, mungkin Mamah tidak bisa menyayangi dia seperti Mamah menyayangi Key tapi Mamah akan berusaha untuk menyayangi dia sebagai anak Papa”, Mamah tersenyum.

Papa hanya tersenyum dan terdiam kurasa Papa benar-benar kehabisan kata-kata saat mendengar pernyataan Mamah beserta alasannya. Sama seperti aku yang terpaku, terdiam di depan pintu memikirkan apa yang akan terjadi dan mengagumi Mamah bukan sebagai Mamahku tapi sebagai wanita, aku tahu ia melakukan semua pengorbanan ini demi aku dan Joe, ia tidak ingin aku dan Joe di besarkan oleh keluarga yang hancur dan kekurangan kasih sayang, maka ia melakukan ini semua, ia mengalah merelakan separuh kebahagiaannya karena ia selalu mengatakan bahwa kebahagiaannya yang sebenarnya ada di dalam diriku dan Joe, kami adalah sumber kekutan untuk Mamah, kami adalah salah satu alasan mengapa Mamah bisa sekuat dan setegar saat ini.


Akhirnya keluargaku mengambil hak asuh anak itu dari ibunya, maka Papa bisa lepas dari rasa berdosa seumur hidup dan kami bisa terlepas dari wanita itu tanpa beban dan rasa bersalah. Awalnya aku tidak terima bila dia tinggal bersama kami, apalagi mamah yang harus merawatnya, aku tidak suka, entah kenapa hatiku tidak menerimanya, tapi seiring dengan berjalannya waktu ia tumbuh menjadi gadis yang baik. walapun aku selalu mencoba menghindar darinya tapi ia selalu mendekatiku dan selalu baik padaku, andai saja dia tahu bagaimana ia bisa lahir ke dunia ini dan andai saja ia tahu bagaimana ibunya telah membuat hidupku menderita, tapi akhirnya aku sadar bahwa ia tidak tahu dan ia juga tidak bisa memilih ingin dilahirkan oleh siapa, ternyata ia juga seorang korban sama sepertiku, hatiku terbuka, sedikit demi sedikit aku bisa menerimanya. Ia sangat dekat denganku karena ia pikir aku kakak kandungnya dan aku juga seorang gadis sama sepertinya, maka akulah yang menjadi tempatnya berbagi cerita, akulah tempat ia menyimpan rahasia, akulah tempatnya bersandar saat dia rapuh karena akulah kakaknya.

Seperti perkenalanku diatas tadi. Namaku adalah Keysia, aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan salah satu dari saudaraku itu adalah anak dari wanita itu tapi kami tidak pernah membedakannya, Mamah manyayangi dia sepenuhnya begitu pula dengan aku, ia tidak pernah tahu siapa ibunya yang sebenarnya, yang dia tahu Mamahku adalah ibunya, ibu yang melahirkanya. Ia tumbuh menjadi gadis cantik dan memiliki kesempatan untuk bisa menggapai masa depan yang cerah bersama kami, ia mungkin bukan anak Mamahku tapi ia anak Papaku dan ia juga adikku, yaa Delia Meliana adalah adikku dan itu semua adalah rahasia terbesar dalam hidupku.

selesai

terima kasih untuk yang sudah membaca, mohon kritik dan sarannya yaaa :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar