Beberapa minggu setelah dia
menghilang pada malam itu, dia pulang tapi aku tidak senang sama sekali karena
aku tahu keadaan kita belum membaik, masing-masing dari kita sepertinya saling
melukai, aku benar-benar takut bila Mamah dan Papa harus berpisah, aku sungguh
tidak ingin itu terjadi. Mamah merasa benar-benar tertekan lalu dia memutuskan
untuk pulang ke rumah nenekku di bandung selama satu minggu, ia pergi
bersama Joe, sebenarnya aku ingin ikut tapi tidak bisa karena aku harus
sekolah. Akhirnya Mamah pergi bersama Joe dan aku di tinggalkan bersama Papa.
“Key, jaga diri baik-baik
ya, Mamah Cuma pergi satu minggu ko, Key ga usah khawatir Mamah pasti pulang,
Mamah ga akan tinggalin Key, Key di sini harus jagain Papa ya, jangan biarin
wanita itu ngambil Papa dari Key, Key ga boleh nangis, Key kan udah punya adik
itu tandanya key udah gede, Key kan kakanya Joe jadi Key harus kuat, demi Mamah
sama Joe, ya sayang”, Mamah mengelus kepalaku dengan mata yang berkaca-kaca.
Aku tidak bisa berkata-kata
dadaku sesak sekali, membayangkan diriku harus ditinggalkan Mamah sendirian,
air mataku berhamburan tidak dapat di tahan seolah aku tidak rela Mamah pergi,
tapi aku harus kuat demi Mamah dan Joe. Akhirnya Mamah pergi, kesepian yang sebenarnya
menghampiri diriku, lebih menyedihkan dibandingkan sebelumnya, Papa sudah tidak
seperti dulu, aku merasa hidup sebatang kara, belum lagi aku harus tetap pergi
ke sekolah.
Hari itu panas sekali
benar-benar berbeda dengan hatiku yang terasa dingin sekali. Aku benar-benar
ingin berbaring di kamarku hari itu, aku baru saja pulang sekolah, langkah
kakiku gontai sekali, benar-benar tidak bersemangat apalagi mengingat bila aku
pulang nanti tidak ada Mamah yang akan menyambutku dengan masakannya yang enak,
yang ada hanya Papaku yang asing dan seperti tidak ku kenal. Aku pulang
kerumah, aku mencium harumnya makanan, aku harap itu Mamah tapi tidak mungkin
karena baru semalam ia berangkat, mana mungkin ia pulang secepat itu. Aku masuk
kedalam, ternyata bukan Mamah tapi dia tidak asing, dia… dia Mba Bela, astaga
aku sungguh tidak mengerti apa yang di pikirkan Papa, mengapa saat Mamah pergi
ia membawa wanita itu kedalam rumah ini, aku sungguh membecinya, rasa ibaku
sudah hilang, aku rasa aku benar-benar membencinya.
“wa’alaikum salam, eh Key
sudah pulang”, dia menayapaku sambil tersenyum. senyum yang sama seperti pada
saat aku pertama kali bertemu dengannya, tersenyum bagai manusia tanpa dosa.
Oia walaikum salam ? aku tidak mengucapkan assalamualaikum, mengapa dia
bersikap sok baik seperti itu sih kepadaku, aku sungguh merasa jijik kepadanya,
dia bena-benar seperti penjilat.
“eh Key, makan dulu sana,
Mba Bela sudah masak tuh buat kamu”, papa menegur ku.
“eh, ia pa, Key ganti baju
dulu”, jawabku penuh Tanya.
Aku masuk ke dalam kamarku,
memikirkan apa sebenarnya yang telah terjadi, aku tidak mau makan masakannya,
aku benci kepadanya.
“mamaaaaaah, Key benci sama
dia, Key harus gimana mah?”, aku sungguh berharap Mamah ada di sini dan
mengusir wanita itu.
“Key, ayo Key makan dulu”, Papa mulai mengetuk pintu kamarku.
“ia pa, nanti dulu”, aaaaaahhh aku benar-benar tidak ingin keluar dari kamarku.
Apa yang harus aku lakukan ? tapi sepertinya aku harus keluar sekarang sebelum
Papa mendobrak pintu kamarku. Selesai makan makanan yang membuatku mual itu,
aku pergi ke rumah tanteku yang letaknya ada di sebelah rumahku, aku bermain di
sana hingga larut malam, bahkan aku tidak ingin pulang, aku benci pada wanita
itu, aku tidak ingin melihatnya, aku ingin tinggal di rumah tante selama wanita
itu masih tinggal di rumahku. Malam itu aku tidur di rumah tanteku, saat aku
sedang terlelap tidur, Papa mengetuk-ngetuk pintu rumah tante, Papa menyuruhku
tidur di rumah. Mengapa ia tega membiarkanku satu rumah dengan wanita
itu, padahal ia tahu bahwa aku begitu membencinya. Aku pindah untuk tidur di
rumah, aku mencoba untuk terlelap tidur tapi tidak bisa, aku tidak merasa
nyaman padahal ini rumahku, ini kamarku tapi aku merasa berada di tempat yang
asing dan tidak bisa di huni oleh manusia sehingga aku merasa tidak nyaman.
Sudah lewat tengah malam mataku tidak juga terpejam, aku tidak ingin tidur, aku
ingin lari dari rumah ini. Ditengah kesunyian malam, aku mendengar suara
berisik, ternyata Papa dan wanita itu sedang bertengkar, aku ingin melihatnya
tapi aku terlalu takut untuk keluar kamar, sepertinya Papa memukulnya, aku
takut sekali, aku takut Papa juga memukulku bila aku belum terlelap tidur tapi
mana mungkin aku bisa tidur bila mendengar suara tangisan dan teriakan seperti
itu di tengah malam seperti ini, aku sungguh gelisah dan berharap Mamah ada di
sini dan menemaniku.
“Key, kamu sudah tidur belum Key ?”, tante memanggilku, sambil mengetuk pintu
rumahku. itu suara tante, terdengar jelas sampai ke kamarku. Aku ingin lari dan
menghampiri tante tapi Papa bagaikan tembok cina yang memisahkan aku dan tante,
aku takut pada Papa, malam itu dia menjadi seorang Papa yang tidak ku kenal.
“udah Nes, si Key udah tidur, lagian ngapain si kamu malem-malem ngurusin si
Key, kan ada aku, aku juga bisa ngurusin Key”, jawab Papa ketus.
“ngga, aku takut Key ngga bisa tidur, denger kamu ribut-ribut dari tadi”
“si Key sudah tidur dari tadi ko”
“oh, yasudah”, tante pergi. Aku menangis semalaman mendengar pertengkaran Papa
dan wanita itu. Akhirnya aku terlelap tidur setelah lelah menangis.
Satu minggu setelah kepergian Mamah, Mamah tak kunjung pulang aku hampir putus
asa, aku tidak mau bila harus di tinggalkan Mamah dan tinggal bersama Papa dan
wanita itu di rumah ini, lebih baik aku tinggal dengan tante dan menganggap
diriku ini sebatang kara dari pada harus hidup dengan wanita penjilat itu
selamanya. Aku hampir putus asa menunggu Mamah pulang, karena tanpa Mamahku dan
dengan wanita itu dalam hidupku, satu hari dalam hidupku seperti satu tahun,
lamanya waktu berjalan terus manambah penderitaanku. Aku sungguh ingin berlari
dengan cepat sehingga tak ada seorangpun yang dapat menjebakku dalam penderitaan
seperti ini.
Dua minggu berlalu, di tengah kehampaan hidupku Mamahku menepati janjijnya, ia
pulang, ia benar-benar pulang, ia tidak berbohong, aku sungguh senang, hatiku
seperti mandapatkan cahaya di tengah kegelapan malam yang ingin menelan diriku,
Mamahku datang dengan senyumnya, aku sangat merindukannya, aku tidak bisa
memeluknya karena dia bohong akan satu hal kepadaku, di bilang ia akan pergi
selama satu minggu tapi ternyata tidak, ia meninggalkan ku selama dua minggu
lebih dan apakah dia tahu bahwa dua minggu itu seperti dua tahun bagiku.
Sepertinya aku sedikit marah padanya tapi aku lebih marah dan benci pada wanita
itu.
Mamah bertanya kepadaku apa saja yang terjadi selama ia tidak ada di rumah dan
ia juga minta maaf kepadaku karena dia tidak sepenuhnya menepati janji.
“maafin Mamah ya Key, Mamah butuh banyak waktu untuk bisa berpikir dengan baik,
oia kamu baik-baik aja kan disini ?”, Tanya Mamah dengan senyum.
Aku ingin bercerita semuanya kepada Mamah tapi sepertinya diriku tak kuat lagi
menahan air mata, semakin aku ingin bercerita dan mengeluarkan semua isi hatiku
semakin dadaku terasa sesak, air mataku mendobrak kelopak mataku yang rapuh,
air mataku bercucuran tak tertahankan, saat itu aku hanya bisa menangis dan
menatap Mamahku berharap dia mengerti semuanya, mengerti apa yang sedang
kurasakan dan apa sebenarnya yang ingn ku ucapkan walaupun tak keluar sepatah
katapun dari mulutku, yang keluar hanya butiran-butiran air mata yang membasahi
pipiku.
“yaudah, Key ga usah nangis, nanti Mamah Tanya sama tante Nesta aja ya”, Mamah
memelukku, rasanya hangat, hatiku hangat, aku seperti mendapatkan kembali
tempatku bergantung, aku akhirnya mempunyai orang yang bisa menjadi alasan
bagiku untuk tidak lari dan tetap bertahan, aku merasa di kuatkan walapun hanya
dengan sebuah pelukan, pelukan yang membuat hatiku yang dingin ini menjadi
hangat dan dapat merasakan kembali semuanya. Mamah pergi kerumah tante Nesta,
aku tidak tahu apa saja yang di ceritakan tante Nesta kepada Mamah tapi aku
tahu tante Nesta orang yang cukup bijak dan bisa andalkan. Semenjak kepulangan
Mamah dari Bandung, aku merasa Mamahku menjadi lebih sabar dan menjadi lebih
baik, ia jarang marah-marah dan tidak mudah stress, ia membiarkan semua
berjalan apa adanya, ketegangan di dalam rumahku mulai menurun, Papa juga
sepertinya mulai merasa kasihan kepada Mamah karena setelah semua yang terjadi
Mamah masih bersikap baik kepada Papa, seolah tidak pernah terjadi apapun di
rumah ini. Aku ingin tahu apa sebenarnya yang sedang di pikirkan Mamah, aku
benar-benar kagum kepadanya. Beberapa hari berlalu, Mamah mengatakan sesuatu
kepadaku.
“Mamah mulai semuanya baik-baik Key tapi bila semuanya harus berakhir Mamah
juga mau semuanya berakhir baik-baik, Mamah di sini untuk kamu dan Joe, Mamah
bertahan demi kalian, sebenarnya Mamah ingin lari tapi Mamah selalu memikirkan
masa depan kamu dan joe, Mamah ga mau terjadi sesuatu sama kalian, Mamah kuat
karena kamu Key”, kata-kata itu keluar begitu saja, mungkin itu sebenarnya isi
hati Mamah yang paling dalam. Aku benar-benar bangga kepada Mamah, karena ia
merupakan orang tua yang penuh tanggung jawab dan tidak egois, sejak saat itu
aku memutuskan untuk menjadikan Mamah sebagai tokoh idolaku. Aku benar-benar
kagum kepadanya.
Keluargaku sedang dalam masa pemulihan menuju kebahagiaan tapi kenapa wanita
penjilat itu selalu datang dan mengganggu hidupku. Kali ini ia datang kerumahku
dengan keadaan yang sedikit berbeda, perutnya buncit dan besar, apa dia busung
lapar ? kurasa tidak, ini Jakarta bukan Etophia mana mungkin ia busung lapar,
kali ini ia datang dengan berterik-teriak, mungkin karena Papa sudah lama tidak
mengunjunginya dan sudah tidak memperdulikannya, ia bilang ia hamil dan katanya
itu anak Papaku, Mamahku keluar tapi kali ini ia diam saja dan memperhatikan
wanita itu dengan heran, seolah Mamahku tidak mengenalnya dan tidak
memperdulikannya, bahkan Mamah menatap wanita itu dengan tatapan seolah wanita
itu bukan saingan Mamahku maka Mamahku tidak mau mengeluarkan sepatah katapun
dan membuang-buang energi untuk bertengkar dengannya, memang wanita itu
terlihat begitu menyedihkan. Papa keluar dan mengajaknya pergi, kali ini
Mamahku terlihat keren, aku senang sekali, itu yang aku harapkan dari Mamahku,
lebih baik tidak usah memperdulikan wanita itu dan jangan memarahi Papa dan
membuat Papa tidak betah di rumah, bila ingin marah sebaiknya pada wanita itu
saja tapi kurasa sebelum Mamahku yang memarahinya, dunia ini juga sudah marah padanya
karena hidupnya sangat menyedihkan. Kenapa Mamah bisa bersikap sekeren tadi ya,
ternyata Mamah bersikap sekeren tadi karena sekarang Mamah sudah tahu mengenai
identitas asli wanita itu, ternyata dia adalah PSK yang bekerja di pasar, Papa
juga mengenal dia karena toko Papa terletak di pasar. Papaku yang baik dan ku
pikir sedikit bodoh itu masuk ke dalam permainan PSK itu. Kasihan Papa tapi aku
tidak tahu harus bagaimana untuk membuat Papa terlepas dari wanita itu, sangat
rumit dan sulit.
Wanita itu meminta pertanggungjawaban Papa untuk menikahinya, tapi kurasa Mamah
tidak akan mau berbagi dengan wanita seperi itu, akhirnya Mamah menawarkan
sesuatu kepada Papa, Mamah bilang Mamah tidak mau berbagi dan lebih baik Papa
biayai saja saat dia melahirkan dan setelah lahir beri dia uang agar bisa hidup
sementara, akhirnya Papa membiayai semua biaya persalinannya, memberikannya
uang untuk mengontrak rumah selama satu bulan, dan memberi bekal hidupnya untuk
sementara, karena Papa dan Mamahku berharap dia bisa berubah dan mencari
pekerjaan lain yang lebih halal.
Satu bulan berlalu, Papa mendengar kabar bahwa wanita itu masih bekerja sebagai
PSK, ia bekerja pada malam hari, ia juga membawa anaknya saat bekerja, ia
meletakan anaknya di sebuah gerbong kereta api saat ia bekerja, aku tidak
mengerti apa yang ia pikirkan, anaknya baru berusia satu bulan dan ia
meninggalkannya di dalam gerbong kereta api pada malam hari, banyak nyamuk,
dingin, kasian sekali anak itu. Kurasa Papa juga memiliki pikiran yang sama
denganku. Aku mendengar pembicaraan Papa dan Mamah mengenai wanita itu, Papa
tidak tega melihat anaknya di terlantarkan begitu saja, Papaku mearsa berdosa
karena bagaimanapun Papa adalah ayah dari anak itu. Papa meminta Mamah untuk
mengerti dan Papa tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, ia ingin
sekali mengambil anak itu tapi Papa juga tidak mau manyakiti hati Mamah lagi,
saat itu Papa mengalami dilema yang begitu berat. Aku mungkin benci pada ibunya
tapi apakah aku harus benci juga kepada anaknya, bila dia anak Papaku berarti
dia adik tiriku tapi aku sama sekali tidak bisa membayangkan bila harus
bersaudara dengannya.
akhirnya Mamah memutuskan sesuatu, aku benar-benar kaget saat Mamah
mengatakannya.
“yaudah pa, dari pada Papa merasa berdosa seumur hidup karena tidak bertanggung
jawab kepada anak Papa, bagaimana bila kita ambil saja anaknya, bila wanita itu
tidak mau maka, kita bujuk dia dengan tambahan uang”
“lalu
nanti siapa yang akan merawatnya, mah ?”
“ya Mamah dan Papa”
“Mamah benar-benar ikhlas?
Mamah tidak benci kepada anak itu?”
“Mamah benci pada ibunya,
mungkin Mamah juga akan benci pada anaknya bila mengingat ibunya tapi bila
Mamah mengingat bahwa dia itu anak Papa, Mamah akan mencoba menganggap bahwa
dia juga anak Mamah, mungkin Mamah tidak bisa menyayangi dia seperti Mamah
menyayangi Key tapi Mamah akan berusaha untuk menyayangi dia sebagai anak
Papa”, Mamah tersenyum.
Papa hanya tersenyum dan
terdiam kurasa Papa benar-benar kehabisan kata-kata saat mendengar pernyataan
Mamah beserta alasannya. Sama seperti aku yang terpaku, terdiam di depan pintu
memikirkan apa yang akan terjadi dan mengagumi Mamah bukan sebagai Mamahku tapi
sebagai wanita, aku tahu ia melakukan semua pengorbanan ini demi aku dan Joe,
ia tidak ingin aku dan Joe di besarkan oleh keluarga yang hancur dan kekurangan
kasih sayang, maka ia melakukan ini semua, ia mengalah merelakan separuh
kebahagiaannya karena ia selalu mengatakan bahwa kebahagiaannya yang sebenarnya
ada di dalam diriku dan Joe, kami adalah sumber kekutan untuk Mamah, kami
adalah salah satu alasan mengapa Mamah bisa sekuat dan setegar saat ini.
♣ ♣ ♣
Akhirnya keluargaku
mengambil hak asuh anak itu dari ibunya, maka Papa bisa lepas dari rasa berdosa
seumur hidup dan kami bisa terlepas dari wanita itu tanpa beban dan rasa
bersalah. Awalnya aku tidak terima bila dia tinggal bersama kami, apalagi mamah
yang harus merawatnya, aku tidak suka, entah kenapa hatiku tidak menerimanya,
tapi seiring dengan berjalannya waktu ia tumbuh menjadi gadis yang baik.
walapun aku selalu mencoba menghindar darinya tapi ia selalu mendekatiku dan
selalu baik padaku, andai saja dia tahu bagaimana ia bisa lahir ke dunia ini
dan andai saja ia tahu bagaimana ibunya telah membuat hidupku menderita, tapi
akhirnya aku sadar bahwa ia tidak tahu dan ia juga tidak bisa memilih ingin
dilahirkan oleh siapa, ternyata ia juga seorang korban sama sepertiku, hatiku
terbuka, sedikit demi sedikit aku bisa menerimanya. Ia sangat dekat denganku
karena ia pikir aku kakak kandungnya dan aku juga seorang gadis sama
sepertinya, maka akulah yang menjadi tempatnya berbagi cerita, akulah tempat ia
menyimpan rahasia, akulah tempatnya bersandar saat dia rapuh karena akulah
kakaknya.
Seperti perkenalanku diatas
tadi. Namaku adalah Keysia, aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan
salah satu dari saudaraku itu adalah anak dari wanita itu tapi kami tidak
pernah membedakannya, Mamah manyayangi dia sepenuhnya begitu pula dengan aku,
ia tidak pernah tahu siapa ibunya yang sebenarnya, yang dia tahu Mamahku adalah
ibunya, ibu yang melahirkanya. Ia tumbuh menjadi gadis cantik dan memiliki
kesempatan untuk bisa menggapai masa depan yang cerah bersama kami, ia mungkin
bukan anak Mamahku tapi ia anak Papaku dan ia juga adikku, yaa Delia Meliana
adalah adikku dan itu semua adalah rahasia terbesar dalam hidupku.
selesai
terima kasih untuk yang
sudah membaca, mohon kritik dan sarannya yaaa :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar